Cinta Sejati
Angin bertiup sepoi menerpa tubuh Dinda
yang terduduk dibawah pohon, sejenak dia terdiam dan terpejam. Pandangannya
kembali menerawang jauh entah kemana. Terlintas lagi kejadian itu “Maafkan aku
din, hubungan kita ini sepertinya nggak bisa diterusin lagi. Aku merasa sudah
nggak mencintai kamu kayak dulu lagi.” Kata kata Arya kembali terdengar di
telinga Dinda. Hatinya terasa sangat perih saat itu, ia tak menyangka
hubungannya dengan Arya akan berakhir begitu cepat.
“Hay,
Din.” sapa seorang pria di belakang Dinda.
“Sammy?”
sahut Dinda sambil menoleh dan mengusap
air matanya. Sammy adalah sahabat baiknya. Mereka bertemu kurang lebih satu
tahun yang lalu saat Dinda pergi ke Jerman untuk bertemu kakaknya yang tinggal
disana. Sammy adalah teman kuliah kakak Dinda. Pria keturunan Indonesia-Jerman ini
sangat tampan. Kalau saja saat itu Arya tidak ada dihatinya pasti dia sudah
jatuh cinta dengan Sammy.
“Kita
pergi jalan jalan yuk, kayaknya kamu butuh hiburan.” Ajak Sammy kepada Dinda.
Dinda hanya mengangguk sambil tersenyum kecil membalas ajakan Sammy.
***
Sesampainya
di taman, Sammy mengajak Dinda duduk tepat dibawah pohon yang rindang. “ Ini
buat kamu.” Ujar Sammy sambil memberikan sebatang coklat panas pada Dinda. “Coklat bisa nenangin hati
yang kacau. Semua orang tau
itu.” Ujar Sammy sambil tersenyum
pada Dinda. Senyumnya yang manis entah kenapa membuat hati Dinda jadi tenang
setelah dia putus dengan Arya.
“Din,
aku boleh Tanya sesuatu nggak?” Tanya Sammy sambil memandang wajah Dinda. “Apa?”
balas Dinda sambil memandang balik wajah
Sammy. “Apa kamu sampai saat ini.. masih memikirkan Arya?” Tanya Sammy yang
kini semakin memandang dalam mata Dinda.
Mendengar
kembali nama Arya hati Dinda kembali terasa sakit dan perih. Seketika
itu juga dia memalingkan wajahnya. Rasa perih yang berusaha dia pendam kembali
muncul. Tanpa sadar air mata menetes di wajahnya.
“Maaf’in aku din, harusnya aku
nggak menanyakan hal itu.. “ ujar Sammy halus. Entah kenapa saat Dinda
mendengar kata kata itu dia malah menangis lebih deras. “Maaf.. maaf… maaf… aku
nggak akan bakal menyebut namanya lagi. Aku memang bodoh. Kamu nggak perlu
menjawab pertanyaanku. Harusnya aku nggak… “. Belum sampai Sammy berkata Dinda
menghentikannya dengan menempelkan jarinya di mulut Sammy.
Mereka berdua terdiam sesaat.
Dinda mengalihkankan pandangannya keatas memandangi langit yang indah. Meski
tak melihat Dinda yakin Sammy mengamati ekspresi wajahnya. “Arya.. Jujur sampai
detik ini aku masih memikirkannya. Aku masih belum bisa melupakannya.” jawabnya
sambil melirik Sammy. Tersirat kekecewaan di wajah Sammy, Dinda juga
melihatnya. Dindapun tersenyum kepada Sammy. Dia tau kalau Sammy sedikit
bingung dengan senyumannya.
“Aku.. Aku hanya bingung, kenapa
Arya bisa menghianatiku? Dulu aku fikir hubungan kami akan bertahan dalam waktu
yang lama. Dia juga sudah melamarku. Aku hanya kecewa dengan apa yang terjadi.”
Dinda berhenti berkata sejenak. “ Tapi coklat yang kamu berikan udah bantun
nenangin aku, makasih ya Sam.” Lanjutnya sambil tersenyum manis pada Sammy.
Sammy membalas senyuman Dinda
dengan senyuman yang membuat hati Dinda bahagia. “Kau sudah sangat baik
kepadaku. Kau selalu menghiburku disaat aku bersedih. Andai saja aku tau cara
membalas semua kebaikanmu kepadaku.”. “Kamu bisa membalasnya Din,” ujar Sammy
lembut tanpa melihat kea rah Dinda. “Kamu bisa membalasnya dengan terus
tersenyum dan.. ” kalimat Sammy terhenti sesaat , kemudian ia mengalihkan
pandangannya keatas memandang langit biru yang indah dengan gambar awan yang
beragam. Belum sampai Sammy meneruskan kalimatnya Dinda bertanya “Dan apa?”.
“Dan ijinkan aku tuk terus buat kamu bahagia dan terus tersenyum.” Dinda hanya
membalasnya dengan senyuma.
“Din, mungkin ini terlalu cepat
buat kamu. Maukah kau menikah denganku?” Tanya Sammy sambil menyodorkan kotak
berbentuk hati dengan cicin di dalamnya. Dinda sangat terkejut dengan
pertanyaan Sammy. “Maaf Sam, aku belum bisa jawab sekarang.” Jawab Dinda dengan
penuh kebingungan. Sammy menerima jawaban Dinda dengan senyuman. “Aku paham kalo kamu terkejut dengan
pertanyaanku. Kita pulang yuk udah malem soalnya” Jawab Sammy seraya mengajak
Dinda pulang.
***
Malam harinya Dinda melamun
memikirkan pertanyaan Sammy sambil memandangi langit malam dari kamarnya. Saat
semua sunyi dan Dinda terbuai dengan lamunannya tiba-tiba HPnya berbunyi.
Dinda
pun mengambil HPnya dan melihat SMS dari siapa. Dinda terkejut ternyata itu SMS
dari Sammy. “Ku memang tak seperti dia. Namun ku ingin buat kau bahagia. Akan
ku berikan apa yang ku bisa. Tak akan ku buat kau merana. Ku harap kau mau jadi
pendampingku selamanya.”. Dinda sangat senang setelah membaca SMS dari Sammy dan
memeluknya.
***
Keesokan harinya Sammy bertemu
Dinda di cafĂ©. “hey Din, lagi makan siang ya?” sapa Sammy seraya tersenyuman.
Senyuman yang buat Dinda tenang. Dinda hanya mengangguk sambil tersenyum. “Soal
yang kemaren gimana kamu udah bisa jawab? Memang sih kesannya mendadak tapi aku
sudah jatuh cinta sama kamu sejak kita bertemu di Amsterdam.” Sammy kembali
menanyakan jawaban Dinda. “Mana mungkin aku menolak lamaran orang yang sangat
baik sepertimu.” Jawab Dinda seraya tersenyum. Sammy sangat girang mendengar
jawaban Dinda. Sammy langsung mengambil cincin dari sakunya dan menyematkannya
di tangan kiri Dinda.
***
Arya terdiam di dalam kamarnya
menatap kosong keluar jendela. Dalam pikirannya hanya terbayang wajah Dinda. Wajah
wanita yang telah dia sakiti hatinya.
“Ini adalah yang terbaik buat
diriku dan Dinda. Aku tak mau ini menjadi beban baginya dan aku tak mau dia tau
akan keadaanku saat ini. Tuhan
maafkanlah hambamu ini yang menyakiti hati wanita yang paling ku
cintai.” Ujar Ryo sambil melihat langit malam yang penuh bintang.
Lima hari yang lalu Arya baru
saja mengetahui bahwa dia mengidap penyakit kanker otak stadium akhir. Satu
satunya yang terlintas dipikirannya hanyalah wajah wanita yang sangat ia
cintai. Dia tak tau apa yang harus dia katakana pada Dinda. Arya tau kalau
Dinda tau keadaannya dia tak akan perduli dan akan bersikeras untuk
menemaninya. Dinda pasti akan meminta Arya untuk membagi bebannya. Arya tak mau
wanita yang dikasihinya melihatnya dalam keadaan lemah. Arya tau Dinda pasti
akan berusaha tegar dihadapannya dan akan menangis di belakangnya. Arya tak mau itu terjadi.
“Maafkan aku din, ini yang
terbaik untuk kita” kat Arya sambil memandang fotonya bersama Dinda. Arya
mengerang kesakitan seraya memegang kepalanya. Kepalanya terus terasa sakit
setiap saat.
***
Tak lama lagi Dinda akan menikah
dengan Sammy. Hati Dinda makin terasa tak menentu. Sedikit muncul keraguan
dalam hatinya. Dia masih memikirkan Arya yang tiba-tiba memutuskan hubungan
mereka. Dia merasa ada yang ganjil namun Dinda tak tau apa itu. Dinda yang
masih terkurung dalam kebingungan dan kebimbangannya berusaha memejamkan matanya
karna esok ia harus mempersiapkan keperluan pernikahannya. Namun semua masih
membebani pikirannya.
***
“Din, cepet turun Sammy sudah
nunggu dibawah!” seru ibu Dinda. “Iya bentar ma.” Jawab Dinda dari kamarnya
seraya mengambil tasnya dan turun kebawah. “Selamat pagi putri cantikku! Udah
siap?” sapa Sammy sambil tersenyum. Dinda hanya mengangguk dan tersenyum.
Merekapun pergi ke butik tempat mereka memesan baju pernikahan.
“Wow, kamu benar-benar cantik
mengenakan pakaian itu!” ujar Sammy melihat Dinda memakai baju pernikahan
mereka. Sammy selalu tau apa yang terbaik dan yang Dinda sukai. Setelah mencoba
semua baju tiba-tiba Dinda pingsan. Sammy sontak kaget dan langsung membawa
Dinda ke Rumah Sakit terdekat.
***
Setelah sampai di Rumah sakit
Dinda langsung diperiksa Dokter dan tak lama Dinda kembali tersadar. Saat
tersadar Sammy tengah pergi membeli obat di apotek. Dindapun pergi keluar ruang
periksa untuk berjalan-jalan. Tak disangka dia melihat Arya yang sedang
berbicara dengan Dokter. Dinda mendekat untuk mendengar pembicaraan mereka.
“Lebih baik kamu dirawat disini
saja Arya, agar perkembangan kesehatanmu bisa terpantau dengan baik. Penyakitmu
ini bukan penyakit yang ringan Arya, apalagi kankermu sudah mencapi stadium
akhir.” Ujar Dokter itu. ‘Kanker? Kenapa Arya nggak pernah bilang?’ bisik Dinda
dalam hati.
“Iya dok, sekarang saya sudah tidak punya beban dan masalah
yang perlu diselesaikan. Semua masalah sudah saya selesaikan seminggu yang
lalu.” Jawab Arya. ‘Seminggu yang lalu, Apa Arya sengaja menyakitiku agar aku
tak tau tentang ini?’ bisik Dinda dalam hati lagi.
Hati Dinda makin bergejolak dan tak menentu, tak terasa air
mata menetes mengalir di pipinya. Dinda makin menatap sosok Arya yang terlihat
makin kurus dan rambutnya yang sudah banyak yang rontok. Dinda tak bisa menahan
dan semakin deras menangis.
“Dinda? Kamu kenapa..” ujar Arya yang sudah dihadapan
Dinda. Sepontan Dinda langsung memeluk Arya yang berdiri di depannya. “Arya,
Kenapa kamu bohongin aku? Kenapa kamu sengaja nyakitin aku?” Ujar Dinda sambil
menangis dan memeluk Arya dengan erat.
“Maafin aku Din, ini yang terbaik buat kita. Hidupku sudah
tak lama lagi, kita sudah tak mungkin bersama lebih lama lagi. Kamu akan lebih
bahagia hidup dengan Sammy. Betulkan Sam?”. “Sammy?” sontak Dinda langsung
melepas pelukannya dan menetap ke arah Sammy yang telah berdiri dibelakangnya.
Sammypun menghampiri Dinda dan memeluknya sambil menenangkannya. “Maaf..” ujar
Dinda sambil menangis semakin kencang.
“Ar, aku mohon satu hal padamu!” ujuar Sammy tiba-tiba.
“Apa?”
“Ijinkan Dinda temani kamu sampai akhir, aku sangat
mencintainya. Aku g mau buat dia menderita seperti ini. Kumohon.” Ujar Sammy.
Arya terdiam sesaat dan menjawab dengan anggukan, Dinda
makin erat memeluk Sammy. Sesaat suasana terasa hening hanya tangis dinda yang
terdengar. Tiba-tiba Arya terjatuh sambil memegang kepalanya dan tak sadarkan
diri. Semua panik berusaha mencari pertolongan. Akhirnya Arya dibawa keruang
ICU.
***
Beberapa jam Kemudian Dokter
keluar dari ruang ICU. “Dok, gimana keadaan Arya?” ujar Dinda. “Keadaannya
sudah mulai stabil, kamu sudah bisa menjenguknya.” Ujar dokter. Dinda menatap
kearah Sammy meminta ijin. Sammy hanya tersenyum dan mengangguk tanda setuju.
Dengan senyum lebar Dinda masuk ke ruang ICU.
Saat itu yang ia lihat terbaring
di tempat tidur bukanlah Arya yang ia kenal dulu. Arya yang ia kenal dulu
adalah pria yang semangat dan suka terhadap tantangan. Dengan segala hobbynya
yang selalu menantang adrenalin. Namun Arya yang sekarang ia lihat sangatlah
kurus dengan rambut yang mulai rontok dan terbaring lemah tak berdaya.
“Arya..” ujar Dinda seraya
menggenggam tangan Arya.
Arya membuka matanya perlahan
dan melihat sesosok wanita yang ia cintai dan ia kasihi. Arya tersenyum dan
menatap dalam mata Dinda. Suasana seketika hening penuh arti mereka saling
pandang.
“Din, maukah kau berjanji satu
hal padaku?” ujar Arya membuyarkan segala lamunan dan heningnya suasana.
“Iya?”
“Kau harus hidup bahagia bersama
Sammy, dia pria yang baik.”
Dinda hanya terdiam termenung
mendengar pernyataan Arya.
“Berjanjilah untukku.”
Dinda sedikit memalingkan
wajahnya dan mengangguk, air matanya kembali tak terbendung dan menetes lagi.
“Tolong jangan menangis. Itu
adalah hal yang paling tidak mau aku lihat darimu. Tersenyumlah terus dan
jangan pernah tangisi aku.”
Dinda menghapus air matanya dan
tersenyum. Arya membalas senyuman Dinda. Dinda langsung memeluk erat Arya.
Suasana kembali hening, perlahan Arya menutup matanya sambil terus tersenyum.
Tanpa Dinda tau bahwa Arya telah menutup matanya untuk selamanya.
***
Beberapa tahun kemudian….
“Arya, aku telah menepati
janjiku. Aku telah hidup bahagia dan selalu tersenyum menghadapi hidup. Kau
telah melihatnya kan?” Ujar Dinda lirih di depan makan Arya sambil menggendong
anak pertamanya. Sekilas teringat kembali memory masa lalu, tak terasa Dinda
kembali meneteskan air mata namun masih tersenyum.
“Din, udah waktunya berangkat.”
Ujar Sammy membuyarkan kenangan masa lalu Dinda sambil memeluk pundak Dinda.
Dinda menatap Sammy dan mengangguk.
Hari ini aku akan pergi ke Bali,
kami akan tinggal di sana. Dan aku akan tetap menepati janjiku pada Arya, pria
yang selalu mencintaiku hingga akhir dan terus hidup dalam hatiku.
***TAMAT***